Taman Hewan Pematangsiantar bermula dari kegemaran Dr. Coonrad seorang pecinta hewan dari kaum Kolonial Belanda akan dunia Zoologi. Hingga pada tanggal 27 November 1936, riwayat THPS pun bermula dengan diresmikannya sebuah Taman Zoologi dan Botani di atas sebidang tanah seluas 4.5 Ha yang terletak di wilayah Kota Pematangsiantar oleh Dr. Coonrad. Dr. Coonrad yang memprakarsai berdirinya Taman Zoologi dan Botani pertama di Kota Pematangsiantar kemudian sekaligus menjabat sebagai pimpinan pertama dari Komunitas Pecinta Zoologi dan Botani dan Taman Zoologi dan Botani tersebut.
Pada bulan Juni 1956 di situs Taman Zoologi dan Botani yang didirikan oleh Dr. Coonrad tersebut didirikan pula sebuah Museum Zoological oleh Prof. Dr. F. J. Nainggolan yang diresmikan oleh Ibu Rahmi Hatta, Ibu Wakil Presiden RI kala itu Ir. Mohammad Hatta. Selama beberapa waktu nama Taman Zoologi dan Botani Kota Pematangsiantar disebut juga sebagai Kebun Binatang Pematangsiantar. Kebun Binatang Pematangsiantar merupakan kebun binatang ke empat tertua di Indonesia yang masih bertahan setelah Kebun Binatang Surabaya, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan di Bukittinggi dan Kebun Binatang Bandung.Seiring dengan perjalanannya THPS yang pada saat itu masih bernama Kebun Binatang Pematangsiantar berada di bawah pengelolaan Pemerintah Daerah, namun ironis, selama di bawah pengelolaan Pemda kondisi Kebun Binatang Pematangsiantar tersebut ternyata tidak dapat lagi memenuhi harapan masyarakat karena berbagai keterbatasan dan kesulitan pengelolaan serta kisruh internal.
Kebun Binatang Pematangsiantar saat itu mengalami berbagai masalah seperti kondisi hewan yang tinggal sedikit dan tidak terawat, kondisi situs yang sudah tua, kurang terawat dan sangat memprihatinkan keadaannya. Berdasarkan inisiatif Pemda dan masyarakat maka sejak tanggal 1 September 1996, Kebun Binatang Pematangsiantar yang sebelumnya dikelola oleh Pemda diambil alih pengelolaannya oleh PT. Unitwin Indonesia Medan perusahaan pihak Swasta yang dipimpin oleh seorang Pengusaha Nasional dan Pencinta Lingkungan Hidup Bapak DR. H. Rahmat Shah. Di bawah pengelolaan swasta Kebun Binatang Pematangsiantar kemudian diubah namanya menjadi Taman Hewan Pematangsiantar (THPS) dengan alasan penggunaan kata kebun binatang kurang etis untuk diperdengarkan kepada khalayak.
Si leher panjang Jerapah, Beruang hitam dengan tinggi 2,5 meter, Kambing kutub, Domba hitam tanduk 4, Wildebest mirip kuda bertanduk, berbagai Mamalia, Aves, Reptil dan Pisces. Selain itu koleksi museum ini diambil langsung dari Kebun Binatang Pematang Siantar yang sudah mati.
Koleksi THPS
Taman Hewan Pematang Siantar sebagai sebuah Lembaga Konservasi sampai saat ini mengkonservasi beragam jenis satwa yang terdiri dari koleksi Mamalia sebanyak 201 ekor dari 51 spesies, koleksi Aves 455 ekor dari 113 spesies, dan koleksi Reptil 59 ekor dari 19 spesies. Jumlah keseluruhan satwa koleksi yang dikonservasi di dalam THPS totalnya mencapai sebanyak 715 ekor yang terdiri dari 183 spesies. Sampai saat ini jumlah koleksi yang terdapat di THPS terus bertambah karena THPS memiliki kebijakan konservasi dan penangkaran satwa yang dapat terbilang sukses. THPS dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga konservasi sudah memiliki kemampuan yang mandiri dalam melestarikan satwa dan berhasil dalam menangkar satwa yang termasuk langka seperti Siamang, Harimau Putih dan Harimau Sumatera. Selain itu THPS juga kerap menerima sumbangan hewan yang ditangkap oleh masyarakat atau hewan hasil buruan dan peliharaan warga. Diantaranya THPS pernah menerima buaya pemangsa manusia yang tertangkap warga di Kabupaten Labuhan Batu.
Taman Hewan Pematangsiantar juga memiliki beberapa koleksi yang terbilang unik dan tiada duanya di Indonesia, seperti keberadaan seekor Buaya yang dipercaya merupakan Buaya Darat tertua yang berhasil bertahan hidup dalam asuhan manusia dalam Kebun Binatang. Buaya Sinyulong (false gharial) yang telah berumur 76 tahun terhitung pada tahun 2012 tersebut sudah ditampung di Taman Hewan Pematangsiantar sejak berdirinya kebun binatang tersebut pada tahun 1936. Selain keberadaan Buaya Tertua dalam penangkaran, THPS juga memiliki koleksi unik berupa Liger yang murni merupakan hasil penangkaran sendiri oleh THPS, sekaligus menjadikan THPS merupakan satu-satunya kebun binatang di Indonesia yang sukses dalam menangkar Liger, Mamalia Karnivora yang berjenis kucing besar hasil Perkawinan Silang antara Singa dengan Harimau.