4.00
Informasi Kontak
Telanaipura, Jambi 36124, Indonesia
Informasi Detail

Museum Siginjai Jambi dibangun pada tanggal 18 Februari 1981 oleh Gubernur Jambi, Masjchun Syofwan dan diresmikan pada tanggal 6 Juni 1988 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Fuad Hassan. Awalnya museum ini bernama Museum Negeri Jambi. Peresmian ditandai dengan penandatangani prasasti, maka Museum Negeri Jambi telah dapat dikunjungi oleh para pelajar, siswa dan mahasiswa serta masyarakat dan peneliti. Benda-benda warisan budaya yang terhimpun di Museum Negeri Jambi merupakan warisan budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur yang mencerminkan kehidupan masyarakat Provinsi Jambi pada masa lalu. Berlakunya Undang-undang No. 22 Th 1999 tentang otonomi daerah, nama Museum Negeri Propinsi Jambi berubah menjadi Museum Negeri Jambi. Perda No. 26 Tahun 2012 tanggal 12 Juni 2012, nama Museum Negeri Jambi berubah menjadi Museum Siginjei yang diresmikan oleh Bapak Gubernur tanggal 30 Oktober 2012
Koleksi
Arca Avolokiteswara
Arca ini ada dua dan ditemukan di situs Rantaukapastuo, Kabupaten Batanghari, secara tidak sengaja oleh petani pada tanggal 3 Februari 1991. Arca ini bukan berasal dari situs, karena di lokasi penemuan tidak terdapat tanda-tanda kepurbakalaan. Arca dewa bertangan empat ini dalam keadaan relatif utuh walau bagian belakang dan bawahnya rusak akibat patah. Kedua arca perunggu berlapis emas ini digambarkan mengenakan sejenis kain. Arca ini merupakan salah satu puncak dari seni kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
Kalung emas
Terbuat dari jalinan kawat emas lengkap dengan gespernya. Ditemukan di Desa Lambur I, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Seluruhnya terbuat dari emas 18 karat dengan sebuah bandul kecil masih terikat diujungnya. Kalung ini ditemukan tahun 1994 oleh seorang wanita saat akan membersihkan ladangnya di dalam timbunan abu gambut. Pemerintah memberi imbalan seharga emas ditambah uang sebagai tanda terima kasih karena telah menyerahkannya kepada negara.

Sabuk emas
Ditemukan di Desa Lambur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, kadar emasnya 18 dan 20 karat, terbuat dari sambungan ribuan cincin-cincin kecil terikat menjadi satu. Asal-usulnya sukar diketahui karena tidak ada tanda yang spesifik, mengingat lokasinya yang berada dekat pantai, didominasi oleh rawa-rawa maka dapat dipastikan sabuk emas ini atau logam emasnya, didatangkan dari luar daerah Lambur. Emas sendiri banyak dihasilkan melalui penambangan di tepi sungai Batang Hari hingga sekarang, terutama daerah pedalaman pada aliran Sungai Batanghari yaitu Kabupaten Bungo dan Kabupaten Merangin

Arca Budha
Arca kecil ini ditemukan di situs Rantau Kapas Limau Manis, Kabupaten Tebo. Lokasi aslinya tidak diketahui karena saat diterima tahun 80-an oleh pemerintah tanpa disertai catatan yang memadai. Seperti halnya arca-arca Budha lainnya di Jambi, arca ini pun memiliki gaya seni Gandhara yang dicirikan oleh jubah tipis yang dikenakan sang Budha. Awalnya seluruh permukaan arca dilapisi oleh emas, namun karat-karat timbul akibat korosi yang terbentuk di bawah lapisan emas menyebabkan permukaannya rusak dan mengelupas.

Medali Turki
Medali Turki merupakan bukti persahabatan antara Kesultanan Jambi dengan Kesultanan Turki. Sultan Turki memberikanya sebagai penghargaan kepada utusan Sultan Taha Saifuddin yang berkunjung ke Turki dalam upaya meminta dukungan Sultan Turki dalam menghadapi Belanda di Jambi. Pada bagian lingkaran terdapat tulisan Arab.

Tanduk Bertuliskan Incung
Naskah ditulis pada tanduk kerbau dengan teknik gores, bagian ujung tanduk terdapat motif melingkar. Tulisan naskah berbahasa kerinci kuno dengan aksara incung. Naskah yang diperkirakan telah berumur 3 abad lebih ini berisikan tentang tata cara memanggil roh para leluhur, petuah-petuah dan syarat-syarat menjadi pemimpin. Dari bentuknya seperti terompet, kemungkinan digunakan sebagai media untuk memberitahukan atau khabar tentang keadaan bahaya, adanya kerjaan besar dan pengumuman pemimpin kepada masyarakatnya

Arca Dewi Dipalksmi & Arca Dewi
Arca wanita ini terbuat dari perunggu dengan tinggi 32 cm lebar 11,5 Cm. Ditemukan di Koto Kandis Muara Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi dan diperkirakan berasal pada abad ke 13-14 Masehi. Nama Dipalaksmi, karena memegang lampu (Dipa), Dipalaksmi adalah satu Pantheon dalam kebudayaan Hindu. Dipa adalah atribut dari Dewi Laksmi, gaya seninya dari Kerajaan Chola (India). Arca ini serupa dengan arca di Museum Price of WWales di Bombai

Layanan Yang Tersedia
Bisa Grup
Toilet




museum lainnya

Museum Perjuangan Rakyat Jambi
4.01
Lap. Banteng No. 12, Kecamatan Telanaipura, Jambi 36124, Indonesia
Menara Gentala Arasy
Pelayangan, Jambi 36124, Indonesia
Museum Siginjai Jamb
4.01
Telanaipura, Jambi 36124, Indonesia


Kategori lainnya