5.00
Informasi Kontak
Jalan Dokter Cipto Mangunkusumo 14, Kecamatan Laweyan, Jawa Tengah 57141, Indonesia
Informasi Detail

Dullah adalah salah seorang seniman maestro di Indonesia. Perupa kelahiran 19 September 1919 ini dikenal juga sebagai Pelukis Revolusioner lantaran gagasannya untuk memamerkan karya-karya rupa yang melukiskan adegan pertempuran selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda. Eksibisi itu diselenggarakan pada 1949 bersama sekolompok seniman muda. Karya-karyanya dipamerkan di Legermuseum di Belanda dan menarik minat besar, dan didokumentasikan dalam buku Karya dalam peperangan dan Revolusi (1978). Pada tahun 1950 ia mendirikan Himpunan Budaja Surakarta (HBS), dan juga menjadi seniman resmi untuk Presiden Indonesia, Soekarno, yang koleksi seninya dikompilasi untuk publikasi. Seniman legendaris ini mendirikan Museum Dullah di Solo untuk menyimpan karya-karyanya dan meluhurkan ciptaan seniman Indonesia lainnya.

Museum Dullah adalah sebuah museum yang berada di Jalan Dr. Sutomo, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Fungsi khusus dari pendirian museum ini untuk mengoleksi karya-karya Dullah. Peresmian museum Dullah dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Fuad Hassan, pada tanggal 1 Agustus 1988. Selain karya pribadi, juga terdapat koleksi dari seniman Indonesia lainnya. Jumlah pengunjung yang diizinkan masuk mulai dibatasi sejak Dullah wafat pada tahun 1996. Sebagian besar koleksi museum berupa karya seni rupa dan seni lukis. Lukisan Dullah bercap mulai tahun 1939 sampai tahun 1993.

Museum terbagi menjadi 12 ruangan. Masing-masing ruangan memiliki tema yang berbeda-beda. Ruangan utama berisi patung Dullah dengan posisi duduk sambil menyilangkan kakinya. Lokasinya tepat berada di titik koordinat 7°33’53.3” Lintang Selatan dan 110°48’38.6” Bujur Timur. Museum dapat dicapai dari arah Bandar Udara Adi Sumarmo (12,5 km), Stasiun Solo Balapan (2,3 km), Stasiun Solo Jebres (4,2 km), atau Terminal Tirtonadi (2,3 km).

Museum Dullah didirikan oleh Dullah. Ia adalah salah seorang seniman maestro di Indonesia dan seorang perupa. Dullah lahir pada tanggal 19 September 1919. Karya-karya seni rupa yang dibuatnya mewakili sejarah pertempuran selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda. Bersama dengan para seniman muda, ia melakukan eksibisi pada 1949. Karya-karyanya dipamerkan di Legermuseum yang ada di Belanda. Buku berjudul Karya dalam Peperangan dan Revolusi menjadi alat dokumentasinya di tahun 1978. Dullah merupakan pendiri Himpunan Budaja Surakarta pada tahun 1950. Ia juga menjadi seniman resmi untuk Presiden Indonesia, Soekarno. Koleksi karya seninya dikumpulkan untuk dipublikasi.

Dullah (lahir di Surakarta, 17 September 1919 – meninggal di Yogyakarta, 1 Januari 1996 pada umur 76 tahun) adalah salah satu pelukis aliran realisme ternama Indonesia. Ia adalah salah satu pelukis dan kurator seni rupa istana, semasa kepemimpinan Presiden Soekarno.

Dullah lahir di Surakarta, dari keluarga dari keluarga pembatik. Ia belajar melukis dari S. Sudjojono dan Affandi, sewaktu menjadi anggota kelompok Seniman Indonesia Moeda (SIM). Semasa pendudukan Belanda di Yogyakarta, Dullah dan pelukis-pelukis muda lainnya banyak mengabadikan berbagai peristiwa perjuangan dan peperangan yang terjadi, sehingga ia juga dikenal sebagai “pelukis revolusioner”. Atas rekomendasi S. Soedjono, pada masa pendudukan Jepang, Dullah pernah bergabung dengan Poetera (Poesat Tenaga Rakjat). Salah satu poster perjuangan terawal, Boeng, Ajo Boeng, menggambarkan laki-laki memutus belenggu dengan latar bendera merah putih, dilukis oleh Affandi dengan menggunakan Dullah sebagai modelnya.

Pada tahun 1950, Dullah sempat mendirikan Himpunan Budaya Surakarta (HBS). Pada tahun yang sama, ia kemudian ditunjuk sebagai seniman dan kurator seni rupa istana, yang dijabatnya kira-kira selama 10 tahun. Dullah pernah menjadi penyusun buku Lukisan-lukisan dan Patung-Patung Koleksi Presiden Sukarno, yaitu jilid pertama dan kedua (dari keseluruhan empat jilid) yang diselesaikannya pada tahun 1956. Sebagai pelukis istana, Dullah juga berpartisipasi memperbaiki rancangan Garuda Pancasila yang dibuat oleh Sultan Hamid II, berdasarkan arahan dari Presiden Soekarno, sehingga menjadi bentuknya sekarang.
Pada tahun 1974, Dullah mendirikan sanggar lukis di Pejeng, Bali, dan memberikan bimbingan pada seniman muda setempat. Pada tahun 1984, menerbitkan buku Karya dalam Peperangan dan Revolusi, yang memuat karya-karya di masa perjuangan.

Dullah menikah dengan Jan Jaerabby Fatima, yang berketurunan India, serta mengangkat anak angkat bernama Sawarno. Dullah meninggal dunia di RS Panti Rapih, Yogyakarta, pada tanggal 1 Januari 1996. Ia dimakamkan di pemakaman umum Purwoloyo, Surakarta, berdampingan dengan makam istrinya.Ratusan karya Dullah ditampilkan secara khusus dalam sebuah museum, yaitu Museum Dullah di Surakarta, yang mencakup karya-karyanya antara tahun 1939 sampai dengan tahun 1993.ada tahun 2016, museum tersebut resmi dibuka untuk kunjungan rombongan, dengan syarat dan tujuan tertentu.

Layanan Yang Tersedia
Bisa Grup
Area Parkir
Toilet




museum lainnya

Museum Batik Danar Hadi
Jalan Slamet Riyadi No.261, Kecamatan Laweyan, Jawa Tengah 57141, Indonesia
Museum Ullen Sentalu
Jalan Boyong KM 25, Kecamatan Pakem, Daerah Istimewa Yogyakarta 55582, Indonesia
OHD Museum
2.01
Jalan Jenggolo 14, Kecamatan Magelang Tengah, Jawa Tengah 56122, Indonesia
Museum Wayang R. Boediardjo
5.01
Jalan Balaputradewa 32, Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah 56553, Indonesia


Kategori lainnya