0.00
Informasi Kontak
Jalan MP. Mangkunegara no 1f, Kecamatan Sako, Sumatera Selatan 30961, Indonesia
Informasi Detail

Museum Dr. A.K. Gani adalah sebuah museum yang didirikan untuk mengumpulkan, memamerkan, dan melestarikan benda-benda bersejarah yang berkaitan dengan kehidupan Dr. A.K. Gani. Gani merupakan pemimpin sekaligus pejuang pada masa kemerdekaan yang berasal dari Palembayan,Kabupaten Agam Sumatra Barat. Perjuangannya telah dimulai sejak berusia 18 tahun. Pada tahun 1923, ia bergabung dengan organisasi Jong Sumatra Bond yang anggotanya terdiri dari pemuda-pemuda Sumatera. Ia juga menjadi tokoh yang turut andil dalam peristiwa sejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928. Sebagai bentuk penghormatan untuk mengenang jasa dan pengabdian Dr. A.K. Gani kepada bangsa, maka keluarga Dr. A.K. Gani melalui Yayasan H.J.R.A. Masturah A.K. Gani mendirikan museum ini.

A.K. Gani lahir di Palembayan, Sumatra Barat, pada tanggal 16 September 1905. Ayahnya adalah seorang guru. Ia menyelesaikan pendidikan awalnya di Bukittinggi pada tahun 1923. Kemudian ia pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan menengah dan mengambil sekolah kedokteran. Adnan meneruskan ke sekolah tinggi kedokteran STOVIA di Jakarta.

Sayangnya, sekolah ini pada 1927 ditutup, sehingga Adnan harus melanjutkan sekolah ke AMS (setingkat SMA zaman Belanda) hingga lulus pada 1928. Setahun kemudian, Adnan masuk Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hoge School/GHS) Jakarta, dan baru lulus pada 1940

Sejak remaja Gani aktif dalam kegiatan politik dan organisasi sosial. Pada era 1920-an, ia giat di berbagai organisasi kedaerahan seperti Jong Sumatranen Bond dan Jong Java. Pada tahun 1928 ia terlibat dalam Kongres Pemuda II di Jakarta. Pada tahun 1931 ia bergabung dengan Partindo, yang telah memisahkan diri dari Partai Nasional Indonesia tak lama setelah penangkapan Soekarno oleh pemerintah kolonial.

Pada tahun 1941, Gani membintangi sebuah film yang berjudul Asmara Moerni dan berpasangan dengan Djoewariah. Film ini disutradarai Rd. Ariffien dan diproduksi oleh The Union Film Company.[2] Meskipun sebagian kalangan menganggap keterlibatan Gani dalam film telah menodai gerakan kemerdekaan, namun ia menganggap perlu untuk meningkatkan kualitas film lokal. Meski mendapat kritikan, film satu-satunya itu sukses secara komersial.

Setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Gani menolak untuk berkolaborasi. Oleh karena itu ia ditangkap pada bulan September 1943 hingga bulan Oktober tahun berikutnya.
Setelah proklamasi dan selama masa revolusi fisik, Gani memperoleh kekuasaan politik dengan bertugas di kemiliteran. Pada tahun 1945, ia menjadi komisaris PNI dan Residen Sumatra Selatan.

Dia juga mengkoordinasikan usaha militer di provinsi itu. Gani menilai Palembang sebuah lokomotif ekonomi yang layak untuk bangsa yang baru merdeka. Dengan alasan, bahwa dengan minyak Indonesia bisa mengumpulkan dukungan internasional. Ia merundingkan penjualan aset-aset pihak asing, termasuk perusahaan milik Belanda Shell. Gani juga terlibat dalam penyelundupan senjata dan perlengkapan militer.

Beberapa koneksinya di Singapura, banyak membantu dalam tugas ini.
Sejak 2 Oktober 1946 hingga 27 Juni 1947, Gani menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada Kabinet Sjahrir III. Ketika menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, ia bersama dengan Sutan Sjahrir dan Mohammad Roem menjabat sebagai delegasi Indonesia ke sidang pleno ketiga Perjanjian Linggarjati. Dia juga bekerja untuk membangun jaringan nasional perbankan serta beberapa organisasi perdagangan.

Setelah jatuhnya Kabinet Sjahrir, ia bersama Amir Sjarifuddin dan Setyadjit Soegondo menerima mandat untuk membentuk formatur kabinet baru. Dalam kabinet tersebut, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Kemakmuran. Gani adalah anggota kabinet pertama yang ditangkap pada masa Agresi Militer Belanda I, namun kemudian ia dibebaskan. Dalam Kabinet Amir Sjarifuddin II, ia juga duduk pada posisi yang sama hingga kejatuhan kabinet ini pada tanggal 29 Januari 1948.

Setelah revolusi berakhir pada tahun 1949, Gani menjadi Gubernur Militer Sumatra Selatan. Pada tahun 1954, ia diangkat menjadi rektor Universitas Sriwijaya di Palembang. Ia tetap aktif dan tinggal di Sumatra Selatan hingga wafat pada tanggal 23 Desember 1968. Dia dimakamkan di Taman Pemakaman Pahlawan Siguntang di Palembang. Gani meninggalkan seorang istri Masturah, dan tidak mempunyai anak hingga akhir hayatnya.
Untuk mengenang jasa-jasanya, pada tanggal 9 November 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada A.K. Gani. Gelar ini diterimanya bersama dengan Slamet Rijadi, Ida Anak Agung Gde Agung, dan Moestopo berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 66/2007 TK. Selain itu namanya juga diabadikan sebagai nama rumah sakit di Palembang, Rumah Sakit AK Gani dan nama ruas jalan beberapa kota di Indonesia. Terdapat juga Museum Dr. A.K. Gani yang terletak di Kota Palembang.
Museum ini terletak di Jalan Mangkunegara, Sako, Kota Palembang.
Koleksi yang terdapat dalam museum ini meliputi beberapa hal yang menjadi bukti penting sejarah perjuangan Dr. A.K. Gani, seperti bintang jasa, piagam, surat-surat keputusan, foto-foto perjuangan, cinderamata, peralatan rumah tangga, peralatan kantor, buku-buku referensi pribadi, dan mobil jeep.

Pengunjung diberi kesempatan untuk melihat koleksi museum sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pihak museum yakni,

  • Senin s.d. Sabtu :09.00-17.00 WIB
  • Minggu : Tutup

Ruang dan Fasilitas

  • Ruang Pamer Tetap
  • Ruang Perpustakaan
  • Ruang Penyimpanan Koleksi
  • Ruang Administrasi
  • Ruang Audio Visual

Akses:

  • Dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II ke Museum 20 Km
  • Dari Pelabuhan Sungai Bom Baru ke Museum 15 Km
  • Dari Stasiun Kereta Api Kertapati ke Museum 11 Km
Layanan Yang Tersedia
Bisa Grup
Area Parkir
Toilet
Ruang Teater




museum lainnya

Museum Dr. A.K. Gani, Sako
Jalan MP. Mangkunegara no 1f, Kecamatan Sako, Sumatera Selatan 30961, Indonesia


Kategori lainnya