Museum yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar terletak matalalang, Kelurahan Bontobangun. Pendirian Museum Nekara sendiri berdasarkan hasil rapat pengadaan Museum lokal Kabupaten Selayar, Tanggal 15 Maret 1980 di ruang Pola Kantor Bupati Kepulauan Selayar. Kemudian Museum Nekara Tersebut resmi didirikan / dimanfaatkan pada tanggal 2 Juni 1980 dengan nomor : Kep.73/VI/1980. Penamaan Museum Nekara diambil dari nama benda cagar budaya yaitu Nekara perunggu yang merupakan ikon Benda Cagar Budaya Kabupaten Kepulauan Selayar, yang tersimpan di Matalalang, Kelurahan Bontobangun, Kecamatan Bontoharu Kabupaten Selayar.
Bangunan Museum Nekara yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman tersebut mempunyai ukuran 336 m³ (42 x 8 m) berdiri diatas lahan seluas 1000 m² (40 x 25 m) yang dibagi dalam beberapa ruang, seperti ruang pameran tetap 54 m², ruang administrasi 32,85 m², ruang perpustakaan 12, 80 m² dan ruang yang digunakan sebagai gudang/konservasi koleksi seluas 491, 40 m².
Koleksi museum nekara pada waktu itu ada 796 buah yang terdiri dari berbagai jenis peninggalan sejarah dan hasil kebudayaan masa lampau seperti: koleksi prasejarah 18 buah, keramik asing (porselin) dari berbagai negara 185 buah, keramik lokal (Earthenware) 6 buah, sejarah 51 buah, antropologi 27 buah, kepustakaan 297 buah, peta 9 buah, etnographi 114 buah, Replika 4 buah, Miniatur 7 buah, peta 9 buah, foto 56 buah, koleksi nusantara 13 buah, perunggu 1 buah dan 2 buah peta Kabupaten Selayar. Museum ini dikelolah oleh seorang kepala museum (Opu Aroeppala) mantan walikota makassar dan tiga orang staf serta 2 orang tenaga keamanan.
Pada tahun 1995/1996 koleksi Museum Nekara di pindahkan Ke Rumah adat yang ada di Matalalang dengan alasan agar dekat dengan nekara perunggu yang ada di kompleks bekas Kerajaan Bontobangun.
Koleksi Museum nekara sebagian masih koleksi lama kemudian ada penambahan koleksi antara yaitu temuan bawah air yang diangkat pada tahun 2009 dan dikonservasi pada tahun 2010 dan 2011.Selain itu ada juga pengadaan koleksi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Koleksi Museum tanah Doang terdiri dari :
1. Prasejarah: Nekara Perunggu, Kapak perunggu, gelang kaki, Batu Ike
2. Keramologika: Keramik hasil pengangkatan temuan bawah air pada tahun 2009 sejumlah 557 di situs sangkulu-kulu Desa Patikarya Kec. Bontosikuyu Kab. Kep.selayar.Dikonservasi pada tahun 2010 dan 2011 kemudian disimpan di museum pada tahun 2011.Keramik ini berasal dari beberapa Dinasty antara lain:Dinasty sung (960 -1279): piring 1 buah dinasty yuan (1280 -1368) : mangkuk 9 buah ; Dinasty Ming (1368 – 1644) : 182 buah terdiri dari: cepuk 13 buah, mangkuk 69 buah, piring 85 buah, seladon 15 buah; Dinasty Sukothai (xiv – xv) : mangkuk 3 buah ; Dinasty sawangkhalok (xv – xvi) : 302 buah terdiri dari: cepuk 2 buah, guci 1 buah, mangkuk 295 buah, piring 4 buah, Tidak teridentifikasi : 61 buah. Selain itu ada juga beberapa tempayan (Guci) yang merupakan temuan bawah air yang diangkat pada tahun 2011 di situs tamanroja perbatasan antara Desa Barugayya dan desa parak kecamatan Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar.disimpan di museum pada tahun 2011 dan dikonservasi pada tahun 2012.bahan dasar tempayan tersebut ada yang terbuat dari tanah liat (earthen ware) dan ada yang terbuat dari batuan (stone ware). Jumlah tempayan ada 8 buah. Selain itu ada juga koleksi keramik dari eropa.
3. Miniatur rumah adat dan Lambo
Lambo adalah merupakan kapal layar tradisional yang di buat di Bonerate, Kecamatan Pasi Marannu, Kabupaten Kepulauan Selayar. Disebut Lambo karena bentuknya Lambung/badan kapal yang cembung. Berbeda dengan Phinisi yang pipih. Kapal layar ini memanfaatkan tenaga angin sebagai pendorongnya.Layar kapal ini ada dua berbentuk segitiga.bagian dasar perahu ini melengkung (lancip) dengan lambung kapal lebar.pada bagian depan bilik kemudi terdapat tiang untuk membentangkan layar. Dalam perkembangannya kapal layar dilengkapi dengan mesin tempel untuk menghadapi kemungkinan tidak bertiupnya angin pada daerah tertentu agar tetap melanjutkan perjalanannya.miniatur lambo ada 2, ada yang tradisional dan ada yang menggunakan layar. Miniatur ini disimpan di museum pada tahun 2011.
4. Alat perunggu
Alat perunggu terdiri dari kapak corong sebanyak 5 (lima) buah. kapak corong merupakan hasil kebudayaan prasejarah yaitu kebudayaan dongson yang berkembang di cina selatan dan asia tenggara. kapak ini sejaman dengan gong nekara. Rongga yang terdapat pada kapak corong digunakan untuk membuat gagang dari batang kayu.Kapak ini difungsikan sebagai alat berburu dan bercocok tanam.
5. Senjata
Parang: sejenis pisau panjang berbilah lebar, hanya satu sisinya yang tajam. fungsi utama dimaksudkan untuk memotong, menebas dan membelah.
Pedang: senjata genggam sejenis pisau berbilah panjang, ramping bermata runcing dengan tajaman berada di satu atau kedua belah sisinya.bagian ujung runcing. bentuknya lurus atau melengkung. fungsi utamanya adalah menebas,memotong atau menusuk.
Keris: senjata tusuk genggam asal asia tenggara.bentuk meruncing dengan tajaman peda kedua sisi bilahnya.ada yang berlekuk dan ada yang lurus.lekukan keris disebut luk.pada permukaan biasanya terdapat pola hias yang disebut pamor.pamor teerjadi akibat penempaan melalui metode gambar atau tulisan. keris ada tiga bagian yaitu hulu keris, bilah dan sarung.
Senapan: adalah jenis senjata api laras panjang yang dibawa dengan cara menggantungkannya pada bahu.
6. Numismatik (mata uang)
Mata uang hasil pengangkatan bawah air di sangkulu-kulu desa patikarya dan koleksi perorangan. bahan dasar mata uang adalah tembaga. mata uang yang diangkat di sangkulu-kulu mempunyai anulet (lubang pada bagian tengah) dengan bentuk persegiempat. uang koin dengan anulet biasa juga disebut dengan kepeng. pada koin ada nilai nomilal, nama dan simbol negara, raja atau kerajaan, dan tahun pengeluarannya. Ada mata uang cina, VOC dan Belanda.
Selain itu ada juga koleksi alat tenun, nelayan, rumah tangga, dan pertanian.
Museum Nekara yang terletak di Kelurahan Bontobangung, Jalan poros bandara Aroeppala, Matalalang dikelola oleh Kepala seksi Museum dan BCB, Bidang Sejarah dan Purbakala, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.